Tenggelmnya Kapal Vander Wijck Dalam Sinopsis
Hamka memulai cerita dalam roman ini dengan cerita seorang pemuda yang bergelar Pandekar Sutan, kemenakan datuk matari labih yang ditinggal wafat ibunya tanpa meninggakan adik perempuan. Dalam adat Minangkabau celakalah orang yang demikian, sebab seluruh kekayaannya harus jatuh dalam pengawasan mamaknya, dalam adat minang kabau wanitalah yang mendapat wewenang menjagai harta pusaka bukan laki - laki.
Diceritakan oleh hamka kemudian ketika usia pandekar sutan telah dewasa, dia menuntut pada mamaknya untuk menjual beberapa petak sawah peninggalan ibunya untuk modal menempuh kehidupan berumah tangga. Namun mamaknya menolak sambil mengeluarkan kata – kata hinaan hingga terjadilah perkelahian yang menyebabkan datuk Matari Labih tewas dan Pandekar Sutanpun ditangkap lantas dibuang dipenjara cilacap.
Didalam penjara Pandekar Sutan bergaul dengan Kismo narapidana dari Madura seorang narapidana yang telah empat puluh tahun mendekam dalam penjara. Kepada Kismo Pandekar Sutan banyak belajar ilmu batin sehingga diseganilah pandekar sutan sebagai orang jago, ketika terjadi perang Bone dibawalah Pandekar Sutan kemakasar untuk membantu mengamankan daerah yang telah dikuasai oleh serdadu – serdadu jawa.
Setelah tiga tahun di makasar habislah masa hukuman yang diterima Pandekar Sutan, diapun berhak untuk pulang kekampungnya Sumatra barat. Tapi dia memilih tinggal dimakasar sebab kalaupun dia pulang kemapung halamannya tak ada lagi saudaranya, terutama saudara perempuan diapun miskin pula.
Kalau tidak ranggas ditanjung.
Cumanak ampaian kain
Kalau tidak emas dikandung
Dunsanak jadi rang lain.
Dimakasar pandekar sutan tinggal menumpang dirumah seorang tua, keturunan melayu yang pertama sekali membawa islam ketanah bugis makasar. Tabiat padekar sutan yang baik menarik hatinya sehingga dikawinkan dengan anaknya Daeng habibah dari pernikahan ini lahirlah Zainuddin yang selanjutnya akan menjadi tokoh dalam roman ini.
Ketika Zainuddin masih dalam gendongan ibunya meninggal pula ibunya akhirnya zainuddin diasuh oleh ayahnya pandekar sutan dan seorang pembantu mak base. Ketika menina bobokkan zainuddin sering pandekar sutan membuaikannya dengan lagu Buai Anak Cara Seratih, diceritakanlah oleh pandekar sutan tentang keindahan Sumatra barat yang membuat zainuddin tertarik dengan negri ayahnya tersebut.
Tak lama dalam gendongan dan momongan ayahnya meninggal pula pandekar sutan hingga yatimlah Zainuddin jatuhlah pengasuhan dibawah mak base. ketika usia zainuddin beranjak dewasa, dia meminta izin pada ibu angkatnya mak base untuk berangkat ke Minangkabau untuk mendalami ilmu agama dan mencari keluarga ayahnya. Berat mak base melepas zainuddin pergi sebab jauh tempat yang akan dia tempuh belum lagi mak base takut keluarga ayahnya tidak menerima kehadiran zainuddin sebab beda adat minang dengan bugis.Namun zainuddin berkeras untuk berangkat, akhirnya mak basepun melepas kepergian zainuddin dan berjanji akan mengirim uang saku buat zainuddin tiap bulan dari harta peninggalan ayahnya yang dikelola oleh mak base.
Ombak putih – putih
Ombak datang dari laut.
Kipas lenso putih
Tanah mengkasar sudah jauh
Setelah beberapa minggu dilaut sampailah zainuddin ketanah Minangkabau, lalu dia lanjutkan perjalannya padang panjang kemudian sampailah dia disebuah dusun kecil bernama batipuh, dusun tempat ayahnya dilahirkan. Pada awalnya gembira hatinya bisa bertemu dengan keluarga ayahnya setelah dia menjadi yatim, namun setelah sekian lama nampaklah adat minangkabau tak sama dengan adat bugis didalam adat tak diakui dia sebagai orang minang sehingga bimbanglah hatinya untuk tetap bertahan di minangkabau.
Suatu hari ketika zainuddin berada diekor lubuk hujanpun turun dengan derasnya, disana zainuddin berteduh dengan dua orang gadis yang salah satunya bernama hayati bunga desa yang sedang mekar yang wangi dan keindahan warna kelopaknya mengundang para kumbang untuk menghisap nektarnya. Ketika itu bingung zainuddin kenapa dia tidak langsung pulang, padahal dia membawa payung. Diapun memberanikan diri untuk bertanya apakah hayati ingin dia pinjamkan payung untuk lebih dahulu pulang sebab hari telah sore. Pada awalnya hayati menolak, namun pada akhirnya hayati menerima bantuan zainuddin dan meninggalkan zainuddin sendiri. Selepas itu terbayanglah dikepala zainuddin keindahan hayati, gadis yang selalu menjadi buah bibir teman – temannya di surau.
Esok harinya datang anak kecil kesurau temapat zainuddin biasa bermalam untuk mengantar payung yang zainuddin pinjamkan kepada hayati, dan anak itupun menyerahkan sebuah surat yang berisi ucapan terimakasih pada zainuddin yang telah meminjamkan payung padanya. Setelah kejadian itu terbitlah dalam hati zainuddin perasaan yang berbeda terhadap hayati dia karangkanlah surat memohon pertemanan pada hayati dia ceritakan kemelaratan dan kemalangannya. Dengan rasa haru dan perihatin hayatipun menerimanya. Samapai akhirnya tersiarlah didusun anak datuk telah berintaian, bermain mata, berkirim surat dengan orang makasar sehingga telah menjadi rahasia umum.
Akhirnya datuknya hayatipun memanggil zainuddin, dia memohon agar zainuddin meninggalkan batipuh kalaulah zainuddin ingin mendalami pelajaran agama, lebih baik baginya belajar di padang atau padang panjang dari pada batipuh. Pada awalnya dia menolak permintaan tersebut namun demi hayati beragkatlah dia kepadang panjang.
Ketika zainuddin akan berangkat kepadang panjang hayati telah menunggu zainuddin dipersimpangan jalan mengucapkan janji setia akan menunggu zainuddin sampai kapanpun. Zainuddinpun menjawab dengan kesungguhan untuk melajar mempersiapkan bekal untuk masa depan mereka.
Dipadang panjang zainuddin menyewa sebuah kamar (kosan) disana didalaminya ilmu agama dan ilmu umum. Setiap tahun dipadang panjang selalu diadakan pesta rakyat pen pertandingan pacuan kuda, oleh hayati diambilah sebagai kesempatan agar ia bisa kepadang panjang untuk bertemu dengan kekasihnya zainuddin.
Selama dipadang panjang hayati tinggal dirumah sahabatnya khadijah, khadijah punya seoarng abang yang telah bekerja di kota padang namun belum menikah namanya Aziz, dikenalkanlah oleh khadijah temannya itu. Aziz adalah seorang pemuda yang mempunyai perangai buruk, suka mengganggu anak gadis orang dan mengahamburkan uangnya dimeja judi. Selama hayati dirumahnya dia mencoba untuk bisa akrab dengan hayati.
Sampai tibalah waktu perlombaan pacuan kuda, hayatipun bersiap untuk bertemu dengan kekasihnya. Maka pergilah hayati, khadijah aziz dan seorang sahabat aziz. Ketika sampai diarenapacuan zainuddinpuntelah menunggu diluar tribun penonton. Tertegunlah hayati ketika berjumpa dengan kekasihnya zainuddin namun cercengang zainuddin melihat pakaian kekasihnya yang telah berubah mengikuti mode terbaru yang tidak sesuai dengan model pakaian dikampung. Sebenarnya bukan kemauan hayati memakai pakaian demikian sebab risih pula ia memakainya, temannya khadijahlah yang memaksa hayati memakai pakaiannya.
Setelah kejadian dipacuan kuda zainuddin mendapat surat dari makasar, surat duka yang dikirimkan oleh tetangganya menyatakan bahwa ibu angkatnya mak Base telh meninggal, bersama surat itu pula dikiramkan pula untuk zainuddin pusaka yang tertinggal dari mak Base uang tunai tiga ribu rupiah. Semakin merasa sendirilah zainuddin didunia, maka dengan uang yang diperoleh itu diapun merasa sudah memiliki modal untuk melanjutkan kehidupan dengan berumah tangga, dia kirimkanlah surat lamaran kepada datuk hayati di batipuh.
Bersamaan dengan surat zainuddin datang pula rombongan kelurga aziz untuk melamar hayati, seperti biasanya di Minangkabau jika datang lamaran kepada seorang gadis, dikumpulkanlah seluruh ninik mamak untuk mengambil keputusan diterima atau ditolak lamaran yang atang tersebut, maka begitu pula dengn hayati berkumpullah seluruh ninik-mamaknya untuk memutuskan lamaran aziz. Ketika rapat keluarga itupula datuk hayati menyampaikan adsurat yang dikirim oleh zainuddin untuk melamar hayati tetapi setelah ditimbang – timbang kekayaan dan nasab keturunan sepakatlah mereka untuk mengambil aziz dan menolak zainuddin.
Datuk hayatipun mengirimkan surat balasan yang isinya menolak lamaran zainuddin, pucatlah zainuddin menerima surat itu. Maka dia memutuskan untuk jalan – jalan keliling minangkabau menghilangkan kegundahannya. Sepulang dari perjalan bertamabah berat kehidupannya setelah menerima surat dari khadijah yang isinya menerangkan bahawa hayati telah menjadi tunangan abangnya. Tak ingin lagi ia melihat kehidupan lagi dan ibu pemilik rumah tempat ia menumpang tinggal dibuat bingung dengan sikapnya, dia memberanaikan diri untuk bertanya pada zainuddin apa hal yang terjadi, kalau zainuddin punya masalah barang kali anaknya yang seorang parewa (pereman) bisa membantu. Maka dimonkanlah oleh zainuddin agar ibu itu mencari anaknya sebab ingin zainuddin bertemu dengan muluk anak ibu itu. Dan kebetulan sekali datang muluk kerumah itu maka berceritalah zainuddin segala kemelaratan hidupnya hingga pertemuannya dengan hayati. Zainuddinpun memohon pada muluk untuk mencari tahu siapa aziz itu sebenarnya. Kalau dia orang baik bahagialah hayati pikirnya kalau berperangai buruk bolehlah ia nasehati.
Mulukpun mengatakan tidak ada orang yang berperangai buruk yang tidak mengenal aziz sebab sering pula aziz mendapat masalah karna perangainya yang buruk. Mulukpun menasehati zainuddin untuk melupakan hayati, sebab masih banyak perempuan lain didunia ini namun zainuddin masih percaya dengan janji setia hayati tempo dulu.
Setelah hari pernikahan yang besar dibatipuh zainuddin jatuh sakit yang membuat mulukdan ibunya cemas maka dipanggilakanlah dokter untuk memeriksa penyakit zainuddin, dokter itu pahm bahwa penykit yang diderita zainuddin bukanlah penyakit biasa maka dokter itu memohon peda keluarga hayati, agar mengizinkan hayati menjenguk zainuddin untuk mengurangi penyakitnya,Karena permintaan dari dokter dengan berat hati keluarga hayati menginzinkan hayati untuk menjenguk Zainuddin. Ketika melihat tangan hayati yang telah berinai sadarlah zainuddin bahwa hayati adalah bukan miliknya.
Setelah itu dinasehati oleh muluk jangan jatuh dalam kerendahan yang demikian usia masih muda bangkitlah muluk melihat zainuddin banyak memiliki karangan kenapa tidak dilanjutkan saja. Maka sepakatlah mereka untuk membangun kehidupan baru dijawa, berangkatlah mereka kejakarta, dijakarta mereka menumpang disebuah rumah kecil. Mulailah dikirimkan karangan – karangannya kesurat kabar hingga terkenallah seorang penulis dengan nama pena (z).
kebesaran nama itu diambillah sebagai modal untuk membangun perusaahaan penerbitan, zainuddinpun memilih Surabaya sebagai tempat untuk membangun rencananya. setelah besar nama zainuddin duidunia sastra, pindah pula hayati mengikuti suaminya aziz kesurabaya, bertemulah mereka disurabaya, namun dihilangkan segala kejadian masa lalu sehingga mereka bersahabat seperti sama – sama perantauan.
` setelah sekian lama disurabaya tampaklah perangai buruk aziz, sehingga pada suatu hari dibuatlah oleh teman – teman aziz yang tak mengukainya untuk menjatuhkan aziz. Maka dipecatlah aziz, diusir dari rumahnya karna sudah tiga bulan tidak dibayar, akhirnya suami istri itupun mendatangi zainuddin dan diterima oleh zainuddin dengan tangan terbuka.
Karna malu aziz pamit pada zainuddin untuk mencari kerja dan menitip istrinya hayati untuk tetap dirumah zainuddin, namun tak lama kemudian datanglah kabar bahwa aziz telah meninggal bunuh diri karna malu. Namun sebelum dia bunuh diri dikirimkanlah surat talak untuk hayati. Namun karna dendam yang besar zainuddin tidak mau mengambil hayati kekasihnya untuk menjadi istri dia menyuruh hayati untuk pulang ke Minangkabau, menyesal hayati mengapa zainuddin bersikap demikian.
Ketika hayati akan pulang pergi pula zainuddin hinggga ia tidak ikut mengantar hayati pulang. Katika malam hari kembali zainuddin dari perjalanannya. Beceritalah dia pada sahatnya muluk bahwa dia menyesal menyuruh hayati pulang. ketika zainuddin membaca Koran sore terkejutlah dia,kapal yang yang ditupangi hayati tenggelam maka segeralah ia mencari hayati, pergilah dia kerumah sakit dimana para korban tenggelam dirawat berjumpalah dia dengan hayati kekasihnya namun tak lama meninggllah hayati.
Setelah kematian hayati kehilangan pula zainuddin hilanglah semangatnya untuk mengarunggi kehidupan, tak lama setelah itu jatuh sakitlah dia dan akhirnya meninggal dan dimakamkan disamping makam hayati kekasihnya.