Sabtu, 29 Januari 2011

Sinopsis

Tenggelmnya Kapal Vander Wijck Dalam Sinopsis
               
                Hamka memulai cerita dalam roman ini dengan cerita seorang pemuda yang  bergelar Pandekar Sutan, kemenakan datuk matari labih  yang ditinggal wafat ibunya tanpa meninggakan adik perempuan. Dalam adat Minangkabau celakalah orang yang demikian, sebab seluruh kekayaannya harus jatuh dalam pengawasan mamaknya, dalam adat minang kabau wanitalah yang mendapat wewenang menjagai harta pusaka bukan laki - laki.
                Diceritakan oleh hamka kemudian ketika usia pandekar sutan telah dewasa, dia menuntut pada mamaknya untuk menjual beberapa petak sawah peninggalan ibunya untuk modal menempuh kehidupan berumah tangga. Namun mamaknya menolak sambil mengeluarkan kata – kata hinaan hingga terjadilah perkelahian yang menyebabkan datuk Matari Labih tewas dan Pandekar Sutanpun ditangkap lantas dibuang dipenjara cilacap.  
                 Didalam penjara Pandekar Sutan bergaul dengan Kismo narapidana dari Madura seorang narapidana yang telah empat puluh tahun mendekam dalam penjara. Kepada Kismo Pandekar  Sutan banyak belajar ilmu  batin sehingga diseganilah pandekar sutan sebagai orang jago, ketika terjadi perang Bone dibawalah Pandekar Sutan kemakasar untuk membantu mengamankan daerah yang telah dikuasai oleh serdadu – serdadu jawa.
             Setelah tiga tahun di makasar habislah masa hukuman yang diterima Pandekar  Sutan, diapun berhak untuk pulang kekampungnya Sumatra barat. Tapi dia memilih tinggal dimakasar sebab kalaupun dia pulang kemapung halamannya tak ada lagi saudaranya, terutama saudara perempuan diapun miskin pula.

Kalau tidak ranggas ditanjung.
Cumanak ampaian kain
Kalau tidak emas dikandung
Dunsanak jadi rang lain.

                Dimakasar pandekar sutan tinggal menumpang dirumah seorang tua, keturunan melayu  yang pertama sekali membawa islam ketanah bugis makasar. Tabiat padekar sutan yang baik menarik hatinya sehingga dikawinkan dengan anaknya Daeng habibah dari pernikahan ini lahirlah Zainuddin yang selanjutnya akan menjadi tokoh dalam roman ini.
                Ketika Zainuddin masih dalam gendongan ibunya meninggal pula ibunya akhirnya zainuddin diasuh oleh ayahnya pandekar sutan dan seorang pembantu mak base. Ketika menina bobokkan zainuddin sering pandekar sutan membuaikannya dengan lagu Buai Anak Cara Seratih, diceritakanlah oleh pandekar sutan tentang keindahan Sumatra barat yang membuat zainuddin tertarik dengan negri ayahnya tersebut.
                Tak lama dalam gendongan dan momongan ayahnya meninggal pula pandekar sutan hingga yatimlah Zainuddin jatuhlah pengasuhan dibawah mak base.  ketika usia zainuddin beranjak dewasa, dia meminta izin pada ibu angkatnya mak base untuk berangkat ke Minangkabau untuk mendalami ilmu agama dan mencari keluarga ayahnya. Berat mak base melepas zainuddin pergi sebab jauh tempat yang akan dia tempuh belum lagi mak base takut keluarga ayahnya tidak menerima kehadiran zainuddin sebab beda adat minang dengan bugis.Namun zainuddin berkeras untuk berangkat, akhirnya mak basepun melepas kepergian zainuddin dan berjanji akan mengirim uang saku buat zainuddin tiap bulan dari harta peninggalan ayahnya yang dikelola oleh mak base.

Ombak putih – putih
Ombak datang dari laut.
Kipas lenso putih
Tanah mengkasar sudah jauh
                Setelah beberapa minggu dilaut sampailah zainuddin ketanah Minangkabau, lalu dia lanjutkan perjalannya padang panjang kemudian sampailah dia disebuah dusun kecil bernama batipuh, dusun tempat ayahnya dilahirkan. Pada awalnya gembira hatinya bisa bertemu dengan keluarga ayahnya setelah dia menjadi yatim, namun setelah sekian lama nampaklah adat minangkabau tak sama dengan adat bugis didalam adat tak diakui dia sebagai orang minang sehingga bimbanglah hatinya untuk tetap bertahan di minangkabau.
                Suatu hari ketika zainuddin berada diekor lubuk hujanpun turun dengan derasnya, disana zainuddin berteduh dengan dua orang gadis yang salah satunya bernama hayati bunga desa yang sedang mekar yang wangi dan keindahan warna kelopaknya mengundang para kumbang untuk menghisap nektarnya. Ketika itu bingung zainuddin kenapa dia tidak langsung pulang, padahal dia membawa payung.   Diapun memberanikan diri untuk bertanya apakah hayati ingin dia pinjamkan payung untuk lebih dahulu pulang sebab hari telah sore. Pada awalnya hayati menolak, namun pada akhirnya hayati menerima bantuan zainuddin dan meninggalkan zainuddin sendiri. Selepas itu terbayanglah dikepala zainuddin keindahan hayati, gadis yang selalu menjadi buah bibir teman – temannya di surau.
                Esok harinya datang anak kecil kesurau temapat zainuddin biasa bermalam untuk mengantar payung yang zainuddin pinjamkan kepada hayati, dan anak itupun menyerahkan sebuah surat yang berisi ucapan terimakasih  pada zainuddin yang telah meminjamkan payung padanya. Setelah kejadian itu terbitlah dalam hati zainuddin perasaan yang berbeda terhadap hayati dia karangkanlah surat memohon pertemanan pada hayati dia ceritakan kemelaratan dan kemalangannya. Dengan rasa haru dan perihatin hayatipun menerimanya. Samapai akhirnya tersiarlah didusun  anak datuk telah berintaian, bermain mata, berkirim surat dengan orang makasar sehingga telah menjadi rahasia umum.
                Akhirnya datuknya hayatipun memanggil zainuddin, dia memohon agar zainuddin meninggalkan batipuh kalaulah zainuddin ingin mendalami pelajaran agama, lebih baik baginya belajar di padang atau padang panjang dari pada batipuh. Pada awalnya dia menolak permintaan tersebut namun demi hayati beragkatlah dia kepadang panjang.
                Ketika zainuddin akan berangkat kepadang panjang hayati telah menunggu zainuddin dipersimpangan jalan mengucapkan janji setia akan menunggu zainuddin sampai kapanpun. Zainuddinpun menjawab dengan kesungguhan untuk melajar mempersiapkan bekal untuk masa depan mereka.
Dipadang panjang zainuddin menyewa sebuah kamar (kosan) disana didalaminya ilmu agama dan ilmu umum. Setiap tahun dipadang panjang selalu diadakan pesta rakyat pen pertandingan pacuan kuda, oleh hayati diambilah sebagai kesempatan agar ia bisa kepadang panjang untuk bertemu dengan kekasihnya zainuddin.
Selama dipadang panjang hayati tinggal dirumah sahabatnya khadijah, khadijah punya seoarng abang yang telah bekerja di kota padang namun belum menikah namanya Aziz,  dikenalkanlah oleh khadijah temannya itu. Aziz adalah seorang pemuda yang mempunyai perangai buruk, suka mengganggu anak gadis orang dan mengahamburkan uangnya dimeja judi. Selama hayati dirumahnya dia mencoba untuk bisa akrab dengan hayati.
                Sampai tibalah waktu perlombaan pacuan kuda, hayatipun bersiap untuk bertemu dengan kekasihnya. Maka pergilah hayati, khadijah aziz dan seorang sahabat aziz. Ketika sampai diarenapacuan zainuddinpuntelah menunggu diluar tribun penonton. Tertegunlah hayati ketika berjumpa dengan kekasihnya zainuddin namun cercengang zainuddin melihat pakaian kekasihnya yang telah berubah mengikuti mode terbaru yang tidak sesuai dengan model pakaian dikampung. Sebenarnya bukan kemauan hayati memakai pakaian demikian sebab risih pula ia memakainya, temannya khadijahlah yang memaksa hayati memakai pakaiannya.
                Setelah kejadian dipacuan kuda zainuddin mendapat surat dari makasar, surat duka yang dikirimkan oleh tetangganya menyatakan bahwa ibu angkatnya mak Base telh meninggal, bersama surat itu pula dikiramkan pula untuk zainuddin pusaka yang tertinggal dari mak Base uang tunai tiga ribu rupiah. Semakin merasa sendirilah zainuddin didunia, maka dengan uang yang diperoleh itu diapun merasa sudah memiliki modal untuk melanjutkan kehidupan dengan berumah tangga, dia kirimkanlah surat lamaran kepada datuk hayati di batipuh. 
Bersamaan dengan surat zainuddin datang pula rombongan kelurga aziz untuk melamar hayati, seperti biasanya di Minangkabau jika datang lamaran kepada seorang gadis, dikumpulkanlah seluruh ninik mamak untuk mengambil keputusan diterima atau ditolak lamaran yang atang tersebut, maka begitu pula dengn hayati berkumpullah seluruh ninik-mamaknya untuk memutuskan lamaran aziz. Ketika rapat keluarga itupula datuk hayati menyampaikan adsurat yang dikirim oleh zainuddin untuk melamar hayati tetapi setelah ditimbang – timbang kekayaan dan nasab keturunan sepakatlah mereka untuk mengambil aziz dan menolak zainuddin.
Datuk hayatipun mengirimkan surat balasan yang isinya menolak lamaran zainuddin, pucatlah zainuddin menerima surat itu. Maka dia memutuskan untuk jalan – jalan keliling minangkabau menghilangkan kegundahannya. Sepulang dari perjalan bertamabah berat kehidupannya setelah menerima surat dari khadijah yang isinya menerangkan bahawa hayati telah menjadi tunangan abangnya. Tak ingin lagi ia melihat kehidupan lagi dan ibu pemilik rumah tempat ia menumpang tinggal dibuat bingung dengan sikapnya, dia memberanaikan diri untuk bertanya pada zainuddin apa hal yang terjadi, kalau zainuddin punya masalah barang kali anaknya yang seorang parewa (pereman) bisa membantu. Maka dimonkanlah oleh zainuddin agar ibu itu mencari anaknya sebab ingin zainuddin bertemu dengan muluk anak ibu itu. Dan kebetulan sekali datang muluk kerumah itu maka berceritalah zainuddin segala kemelaratan hidupnya hingga pertemuannya dengan hayati. Zainuddinpun memohon pada muluk untuk mencari tahu siapa aziz itu sebenarnya. Kalau dia orang baik bahagialah hayati pikirnya kalau berperangai buruk bolehlah ia nasehati.
Mulukpun mengatakan tidak ada orang yang berperangai buruk yang tidak mengenal aziz sebab sering pula aziz mendapat masalah karna perangainya yang buruk. Mulukpun menasehati zainuddin untuk melupakan hayati, sebab masih banyak perempuan lain didunia ini namun zainuddin masih percaya dengan janji setia hayati tempo dulu.
Setelah hari pernikahan yang besar dibatipuh zainuddin jatuh sakit yang membuat mulukdan ibunya cemas maka dipanggilakanlah dokter untuk memeriksa penyakit zainuddin, dokter itu pahm bahwa penykit yang diderita zainuddin bukanlah penyakit biasa maka dokter itu memohon peda keluarga hayati, agar mengizinkan hayati menjenguk zainuddin untuk mengurangi penyakitnya,Karena permintaan dari dokter dengan berat hati keluarga hayati menginzinkan hayati untuk menjenguk Zainuddin. Ketika melihat tangan hayati yang telah berinai sadarlah zainuddin bahwa hayati adalah bukan miliknya.
                Setelah itu dinasehati oleh muluk jangan jatuh dalam kerendahan yang demikian usia masih muda bangkitlah muluk melihat zainuddin banyak memiliki karangan kenapa tidak dilanjutkan saja. Maka sepakatlah mereka untuk membangun kehidupan baru dijawa, berangkatlah mereka kejakarta, dijakarta mereka menumpang disebuah rumah kecil. Mulailah dikirimkan karangan – karangannya kesurat kabar hingga terkenallah seorang penulis dengan nama pena (z).
                kebesaran nama itu diambillah sebagai modal untuk membangun perusaahaan penerbitan, zainuddinpun memilih Surabaya sebagai tempat untuk membangun rencananya. setelah besar nama zainuddin duidunia sastra, pindah pula hayati mengikuti suaminya aziz kesurabaya, bertemulah mereka disurabaya, namun dihilangkan segala kejadian masa lalu sehingga mereka bersahabat seperti sama – sama perantauan.
`              setelah sekian lama disurabaya tampaklah perangai buruk aziz, sehingga pada suatu hari dibuatlah oleh teman – teman aziz yang tak mengukainya untuk menjatuhkan aziz. Maka dipecatlah aziz, diusir dari rumahnya karna sudah tiga bulan tidak dibayar, akhirnya suami istri itupun mendatangi zainuddin dan diterima oleh zainuddin dengan tangan terbuka.
                Karna malu aziz pamit pada zainuddin untuk mencari kerja dan menitip istrinya hayati untuk tetap dirumah zainuddin, namun tak lama kemudian datanglah kabar bahwa aziz telah meninggal bunuh diri karna malu. Namun sebelum dia bunuh diri dikirimkanlah surat talak untuk hayati. Namun karna dendam yang besar zainuddin tidak mau mengambil hayati kekasihnya untuk menjadi istri dia menyuruh hayati untuk pulang ke Minangkabau, menyesal hayati mengapa zainuddin bersikap demikian.
                Ketika hayati akan pulang pergi pula zainuddin hinggga ia tidak ikut mengantar  hayati pulang. Katika malam hari kembali zainuddin dari perjalanannya. Beceritalah dia pada sahatnya muluk bahwa dia menyesal menyuruh hayati pulang. ketika zainuddin membaca Koran sore terkejutlah dia,kapal yang yang ditupangi hayati tenggelam maka segeralah ia mencari hayati, pergilah dia kerumah sakit dimana para korban tenggelam dirawat berjumpalah dia dengan hayati kekasihnya namun tak lama meninggllah hayati.
                Setelah kematian hayati kehilangan pula zainuddin hilanglah semangatnya untuk mengarunggi kehidupan, tak lama setelah itu jatuh sakitlah dia dan akhirnya meninggal dan dimakamkan disamping makam hayati kekasihnya.
 

puisi

Jeritan palestina
 

Kicauan burung bersahutan
Menyambut merekahnya sang mentari pagi
Damai,tentram,penuh persahabatan
Di negri para nabi......

Mentari beranjak d pertengahan peredaran
Hari belum begitu siang.....
Tika para utusan bergantian
Datng meluruskan peradaban....

Waktu terus berjalan
Petangpun mulai datang membayang
Di iringi suara jerita,tangisa,kebencian yg mendalam....
Kini semuanya telah berubah sejak...
kaki zionis yahudi d tancapkan....
Kebringisan menghantui
Pembunuhan disana-sini...,,
D balik reruntuhan rudal...
Tampak timbunan kerngka manusia yg tak berdosa.....,,,

Dimana kita sekarang......???
semangat jihat yang dulu berkumandang....,,
Kita bebaskan kehormatan...
Dari cengcraman hinanya binatang para zionis laknatillah.....,,

Matahari terus beranjak...,,
Meninggalkan cahaya menuju kegelapan....,,
Mari kita jemput mentari esok pagi...,
Dengan semngat berkobar tinggi....,,,



Beloved palestine......!!


kau bayangkan yg sedang berteriak terisak itu kau....,,
bkan dia bkan juga mereka tpi kau..,
di kelilingi oleh syuhada kerabat kau …,
kenapa kau masih saja tetap diam.......
mana sesame muslim kita bersaudara seperti yang slalu kau nyanyikan????????

*penulis alumni dayah jeumala amal

catatan dari cairo

Sejarah Bengkel Tulis Jeumala
 Oleh Azmi Abubakar Hamzah

Sebelumnya kami memohon maaf karena telah lancang melangkahi senior-senor kami sendiri. Kami merasa kalau merekalah yang lebih berhak sebenarnya menulis tentang ini. Tapi di suatu hari, penghujung tahun 2010 sebuah pesan singkat masuk. Adik kami sekaligus guru kami, Adhia Rizki Ananda meminta sebuah tulisan tentang sejarah lahirnya bengkel tulis.

Pada posisi ini kami bukanlah siapa-siapa, tetapi setelah melihat semangat luar biasa dari adik-adik kami dalam menulis, kami merasa terpicu dan tergerak untuk segera menyelesaikan tulisan tersebut. Walaupun sedikit terlambat, karena persiapan ujian musim dingin di Al-Azhar yang harus kami ikuti.

Tak lupa pada kesempatan ini, kami memohon do’a dari para ustaz, abang-abang dan juga kepada adik-adik semua, semoga tahun ini bisa memperoleh nilai yang lebih bagus dari tahun kemarin dan semoga Allah mempermudah disetiap urusan kita, amin.

Bengkel Tulis Jeumala menurut hemat kami merupakan bagian terpenting dari unit pengembangan bakat yang ada di Jeumala. Penanggung jawab waktu itu adalah ustaz kita Mahmud Eko. Kami rasa sebelum terbentuknya bengkel tulis Jeumala, kegiatan menulis telah lama dimainkan oleh para pendahulu kami, baik lewat penulisan cerpen maupun artikel. Hanya saja masa itu belum ada sebuah komunitas seformal bengkel tulis.

Ala kulli hal, kami menyambut gembira dengan lahirnya bengkel tulis tersebut. Betapa tidak, dengan adanya bengkel tulis kita memudahkan kita bersharing ide dengan pembimbing maupun dengan sesama komunitas bengkel. Begitu juga kita bisa berhubungan lebih akrab dengan komunitas penulis senior yang diwakili oleh FLP dan LAPENA

Pertemuan Pertama
Bangunan itu terlihat anggun dipandang, dengan berselimut rumbia, membuatnya selalu nyaman disiang hari. Letaknya yang strategis menjadikan setiap penghuni bisa betah berlama-lama. Sedang disampingnya ada pohon kelapa melambai-lambai kepada setiap tetamu dayah Jeumala Amal.

Seperti nama yang dilaqabkan kepadanya, ‘meusaneuet” bale ini memang benar-benar meusaneuet.  Disinilah para personil kepunulisan dayah Jeumala Amal tempatnya bengkel tulis berkumpul untuk kali pertama. Sebuah komunitas yang didirikan atas ide ustazah Oli Novedi Santi, guru sekaligus karyawan pada kantor keuangan dayah Jeum ala Amal masa itu.

Dengan penuh semangat beliau membimbing generasi pertama, tepatnya pada tahun 2006 sebelum pelantikan OSMID berlangsung. Hemat kami setiap malam Sabtu adalah jadwal berkumpul rutin. Waktu itu para anggota terus saja bertambah disetiap pekan, sebagian besar didominasi oleh kalangan perempuan. Manariknya laki-laki  cuma berjumlah 3 orang saja.

Kami sempat membuat rapat mengenai kinerja masing-masing bagian, tentunya dalam lingkup kecil sesama komunitas bengkel. Satu program besar yang berhasil kami jalankan waktu itu adalah perlombaan baca puisi dan cerpen, pesertanya seluruh murid dayah Jeumala Amal. Keberhasilan acara tersebut tak terlepas dari kerja sama masing-masing partner dan peran besar dari ustazah Oli sebagai pembimbing, sekaligus dewan juri.

Kegiatan rutin lainnya yang kami lakukan adalah melakukan bedah cerpen dan puisi bersama-sama. Dimana setiap anggota wajib membuat sebuah karya, entah itu cerpen atau puisi. Dalam hal ini peran besar ustaz Eko dan ustaz Hanafiah juga tak boleh dinafikan. Ditengah berjalannya kegiatan komunitas bengkel, kami mendapat kabar kalau ustazah Oli akan segera meninggalkan dayah, disebabkan oleh satu dan lain hal.

Terus terang kami sangat merasa kehilangan.  Banyak pengalaman, kesan dan pelajaran baru yang kami dapatkan dari ustazah Oli dalam mewarnai kiprah bengkel tulis Jeumala. Bersama ustazah pula, kami juga sempat mengikuti latihan kepenulisan yang dilaksanakan oleh FLP cabang Sigli.

Setelah kepergian ustazah Oli, perjuangan bengkel tulis berada dibawah kendali ustaz Eko dan ustaz Hanafiah, kegiatan masih seperti biasa waktu itu. Hingga datang ustazah Ela dari Jakarta, yang dulunya pernah kuliah di Mesir. Kedatangan beliau menambah semarak komunitas bengkel tulis ini. waktu itu anggota tak lagi dari murid kelas VI, tapi telah menjalar pada murid kelas V sampai kelas VI.

Malah mereka  lebih aktif dari pada kami. Secara perlahan kami  meninggalkan arena bengkel, disebabkan kondisi yang menuntut kami untuk berkosentrasi pada UAN yang semakin dekat menghitung hari. Mereka para adik-adik setelah kami terus melanjutkan perjuangan itu, hingga bertambah ramai dan semakin berkembang, sampai kami meninggalkan Jeumala pertengahan 2007.

Ala kulli hal, kami bangga kepada adik-adik kami yang dengan penuh semangat melanjutkan perjuangan tersebut. Mereka telah berhasil mengembangkannya lebih maju dari kami dahulu. Anggotapun semakin banyak dengan berbagai macam agenda kepenulisan didalamnya.

Ucapan terima kasih kami yang sebesar-besarnya kepada ustazah Oli, kepada ustaz Eko, ustaz Hanafiah juga kepada semua ustaz dan ustazah beserta kawan-kawan seperjuangan juga adik-adik semua yang turut serta membimbing kami, menyemangati kami, menjadikan kami untuk bisa menulis. Alfu syukrin wa jazakumullah. Tanpa mereka mungkin  kami bukanlah siapa-siapa dan tanpa mereka juga tulisan ini takkan pernah jadi. Semoga tuhan selalu melindungi guru-guru kami.

Akhirnya bengkel tulis Jeumala adalah aset terbesar yang dimiliki oleh murid Jeumala untuk selamanya. Kami berharap agar adik-adik kami di dayah bisa terus melejitkan  karya-karyanya. Sehingga akan lahir penulis-penulis handal dari lumbung bengkel tulis Jeumala, yang mampu menjadikan tulisannya sebagai dakwah bil kalam dan ikut serta   mewarnai tanah Aceh nantinya.

Kami yakin akan hal itu, kami yakin adik-adik kami nantinya akan bisa melahirkan tulisan dalam wujud novel seperti guru kami Adhia Rizki Ananda. Bisa melahirkan banyak artikel, juga puisi-puisi yang siap menghiasi lembar media di Aceh maupun tingkat nasional, sehingga kami yang bodoh ini bisa belajar kembali dari mereka adik-adik kami para penulis. Keep Writing…!
Dari negeri Para Nabi, Cairo 25 januari 2011