MUHASABAH CINTA
SANG
LOPER KORAN
Fajar menyingsing menerangi seluruh isi jagat raya,perpohonan melambai bak insan berzikir pada sang pencipta.deretan awan tipis berbaris di ufuk timur tampak menghias angkasa bagaikan kerudung biru berhiasan bunga-bunga putih .semua penghuni bumi mulai merengkuh kehidupannya untuk menuju kedamaian hidup di dunia .
Aku melanngkah tertatih menahan panggangan matahari yang semakin condong ke atas.tapi aku tak akan menyerah demi merintih tujuanku.
Seperti biasanya pagi itu aku bergegas cepat menuju kantor Serambi Indonesia kemudian menjualnya ke kota,inilah perkerjaan yang harus aku lakoni agar bisa meraih impian
Kota Banda Aceh seakan terebus hawa panas.keringatku bercucuran membanjiri seluruh pakaianku . “Koran…koran…!teriakku,beli Koran pak?tanyaku pada bapak yang mengemudi motor beroda empat,tapi bapak itu tidak memperdulikan sikapkuyang dari tadi berteriak sambil memelas.l
Lantunan ayat suci Al qur”an mulai terdengar dari masjid Baiturrahman,petanda waktu shalat dhuhur telah tiba aku terus menjajakan Koran daganganku yang jumlahnya maih utu sejak kuambil dari kantor.kuturuni tangga satu persatu dan terus menyusuri aspal menuju masjid Baiturrahman ,pelan mentari menuju pusatnya,bumipun seakan mau meledak akibat panas yang tiada terbendung.
“ BRUK….Tabrakan itu membuat Koran daganganku berhamburan digenangan air. “Astagfirullah…!Desahku,maaf bang aku terburu buru,gadis itu tampak cemas sedari mengutip Koran yang ada di hadapanku.kemudian ia mengembalikan Koran milikku sambil mengeluarkan beberapa lembar uang cepek dari dompetnya.”bang…!ini sebagai ganti Koran yang tercebur kedalam air,gadis itu membukakan suara sedari menondong uangnya untukku,diapun berlalu sebelumku berkomentar.
“Aneh…!siapakah gadis muslimah itu?mengapa ia membayarku uang?Malah banyak lagi,tiba tiba beribu pertanyaan mampir di benakku,seandainya aku menjumpainya ,akan kukembalikan uangnya,kutelusuri lagi jalan yang lain dengan teriakan dan mimik yang sama ,akhirnya koranku ludes .matahari mulai terbenam dan akan menyulap siang menjadi malam.seluruh insan ke istana idaman mereka.
“Assalamualaikum…!” waalaikumsalam’’, disambut lembut oleh adikku yang baru saja melanjutkan pendidikannya di SLTP.”Bang…!tadi ibu batuk batuk dan keluar darah dari mulutnya”,kata Zainab cemas. Akupun berlari cepat menuju kamar mak,dan kutemukan mak terkulai lemah.
“Mak…!maafkan Amri,sampai saat ini iAmri belum sanggup mengantarkan ibu ke rumah sakit,”ada rasa perih yang menyeruah dalam hatiku.”mataku terus membuyarkan air mata,jangan bersedih anakku,dengan obat yang kamu beli tiap hari bias meringankan penyakit mak.sekarang amri dan Zainab berdoa saja,biar makbisa berkerja kembali dan membiayai sekolah kalian”.kata mak sambil menyeka air mataku.erat ku genggam tangan mak.mak masih bias tersenyum manis keatasku.aku mengangguk penuh harap.
****
Rasanya segar sekali tubuhku setelah kubasahi air ,rasa penat hilang seketika .kini aku duduk depan meja sedari menelaah beberapa pokok materi yang akan dibahas dosen besok hari.ya…semenjak ibu sakit aku harus membagi jadwalku untuk kulyah dan menjual Koran.bulan mulai Nampak dari peraduannya.suara jangkrik kembali mencincang gendang telingaku.tapi terus kutelusuri kalimat demi kalimat yng tertera di buku.kembali kutatap rembulan,cahayanya menyedot mataku yang termenung menatap keindahannya.
“Hei…! Asyik benar kau disini higga termenung seperti mati istri saja”,rasaya rohku seperti disentak keluar.aku palingkan wajahku dan ternyata zainab.kututup bukuku dan meyuruhnya duduk di sebelah kananku.”bang…! kenapa ya nasib kita kayak gini,seandainya ayah masih hiduppasti kita bahagia seperti orang lain,gak usah cari uang,bias beli baju lebaran cantik,bahkan cita cita kita tercapai”,kata Zainab penuh harap.”zainab…! jangan bicara seperti itu,mugkin saat ini Allah sedang menguji kesabaran kita,sadarilah adikku Allah maha melihat dan maha mendengar keperihan kita,kita berdoa saja,supaya impian kita tercapai, karena sesugguhnya Allah menjanjikan rahmat untuk hambanya yang sabar”,Zainab tercengang mendengar nasehatku.”Iya bang,Zainab akan selalu mensyukuri suratan takdir .jawab Zainab dengan suara serak.ku coba memelas kepalanya dengan penuh kasih sayang.malam mulai larut,akupun segera berwudhu dan melaksanakan shalat witir tiga rakaat.suara pungguk yang merindukan bulan terdengar samar samar,malam semakin dingin,sepi dan larut.
***
Pagi ini aku melagkah menuju kantor serambi,tetapi aku hanya menumpangi labi labi ke kampus.kulihat disepanjang jalan pedagang mulai membuka toko mereka,ada juga segerombolan anak anak SD yang begitu semangat untuk menimba ilmu dunia dan akhirat.akhirnya, aku sampai ke kampus.kulihat disekitarnya yang masih sepi,tidak seperti biasanya,ya…mungkin saja sebagian mahasiswa masih terlelap dalam dunia mayanya.tiba tiba saja aku terkejut melihat gadis yang menabrakku kemarin.dia mengenakan gamis biru di padu dengan kerudung putih.tampak begitu anggun,dia berjalan dihadapanku dengan menundukan pandangannya.
“Mbak…! Sapaku,dia memalingkan wajahnya kearahku.seakan gadis itu acuh tak acuh.ada yang bisa saya bantu?tanyanya lembut.”ini uang yang mbak bayar untukku,jumlahnya terlalu banyak,mbak pasti membutuhkan uang ini”,kataku sambil menyerahkan uang itu.”nggak apa apa bang,uang ini sebagai ganti Koran yang udah aku basahi kemarin,ambil saja,aku yakin,kami lebih membutuhkannya.gadis itupun berlalu cepat,”kak…! Panggiilku sambil mengejarnya dari belakang,diapun menghentikan langkahnya.”perkenalkan namaku Amri,dari FKIP Bahasa inggris”,aku Azkia dari fakultas kedokteran”,sambutnya ramah.bel berbunyi petanda seluruh mahasiswa memasuki ruangan.kamipun saling pamit dan menuju kampus yang berbeda.
terletak tepat di pojok bawah tangga.pak Azhar adalah sosok orang yang selalu setia mendengar curahan impianku yang selama ini terukir dalam anganku.”untuk apa kertas?”,tanyaku tanpa salam.”ASTAGFIRULLAH,Kau amri”,sambut pak Azhar panik,”Silahkan duduk! Sudah dua hari bapak tidak melihatmu,kemana saja kau?tanya pak Azhar sambil merapikan kertas .
“ibuku sakit pak!”,pak Azhar menatapku penuh iba,”kamu yang sabar Am,berbaktilah engkau kepadanya,dialah ibu yang harus kau timang,surge ada di telapak kaki ibu,kamu jangan pernah bosan menyapihnya,nasehat pak Azhar padaku.sekarang aku lebih bersemangat merengkuh kehidupan ini,cahaya keoptimisan kembali bersinar setelah aku mendengar siraman nurani pak Azhar.”Pak …! Aku mau bilang sesuatu pada baapak.Aku ingin membicarakan sesuatu hal yang tidak pernah aku ceritakan pada siapapun” kataku dnngan nada lembut.”Kalau kau mau ngomong sama bapak,luangkan saja semuanya,anggap saja bapak ini seperti ayah kandungmu”,jawabnya sambil tersennyum kearahku.”Lima tahun yang lalu aku pernah bilang ke ibu aku ingin menjadi dokter walaupun aku tidak belaajr di universitas kedokteran agar aku bias mnyembuhkan ibu.Aku ingin menjadi orang sukses dan bias menyekolahkan Zainab hingga berhasil”,pak Azhar serius mendengar pembicaraanku.Kemudian beliau membuka suara,”Amri…! Kamu anak yang saleh.Bapak bangga kepadamu,kalau memang tekadmu begitu Insya Allah banyak jalan yang bisa kau tempuh” jelasnya sambil menatapku.Sesaat kemudian beliau melanjutkan pembicaraanya”Kau mahasiswa berprestasi dan memiliki kemampuan berbahasa Inggris yang bagus.Cobalah kau melamar kerja di rumah sakit umum.Di sana banyak yang membutuhkanmu,berusahalah mengejar impianmu meskipun kamu seorang mahasiswa sekaligus loper Koran.Dengan doa dan usahamu yang sunguh-sungguh Insya Allah kamu berhasil”.Beliau memberiku sebuah semangat yang membangkitkan jiwaku.”Terima kasih Pak atas solusinya,doakan aku agar semua ini bisa kucapai”.”Amin Ya Rabbal Alamin”,jawabnya sambil mengelus kepalaku.Akupun pulang dan menuju apotek yang biasanya aku beli obat untuk ibu.Dengan cepat aku menumpangi RBT dan menuju rumah.
***
Sesampai di rumah aku terkejut mengapa tiba-tiba rumahku banyak orang.”Apa yang terjadi?”,gumanku dalam hati.Persaanku gelisah,jangan-jangan Mak… Ah,nggak mungkin.”Abang… “,teriakan Zainab membuyarkan jiwaku.”Mak…mak…”,ucap zainab sambil berlinang air mata.”Ada apa dengan mak”.tanyaku heran.”Mak telah tiada Bang”.Isak tangisku meledak sambil kujatuhkan tubuhku ke tanah.Kupeluk erat tubuh Zainab,isakan tangis kami membuat semua orang iba.Dengan penuh ketabahan kuhampiri ibu yang terbaring kaku.
“Mak…! Maafkan Amri,Amri tidak bisa menyembuhkan Mak.Amri jahat Mak.Mak… jangan pergi.Amri tidak ingin Mak pergi”,tangisku semakin meledak.Tiba-tiba seorang bapak berjas hitam menghampiriku dan menepuk pundakku lembut sedari berkata,”Amri semua kita akan kembali pada Allah.Karena kita semua adalah milikNya”.Akupun berdiri dan merengkuh tubuhnya.Hatinya begitu lembut terasa seperti ayahku sendiri.Pemakaman ibu selesai tetapi Zainab masih menangis.Kemudian aku mengajaknya untuk pulang.
***
Sosok gadis anggun bergamis cokelat tua menghampiriku,”Amri,salam dari ayahku” suara lembutnya membuatku heran. Akupun menat wajah manisnya.
“Ayahmu?”
“Iya”
“Tapi aku belum mengenal ayahmu sebelumnya”,aku mengernitkan dahi dengan sahutan Azkia barusan.
“Tapi ayahku kenal betul sama kamu,bahkan ayahku bilang kamu orang yang palin istimewa yang pernah ditemuinya”
“Ah…Kamu bisa saja,kamu tuch dah bikin aku penasaran tau!”,sergahku sambil menatap tajam mata Azkia.Tidak ada binary kebohongan di matanya.
“Oke,besok malam ayahku ngajak kamu makan malam di Café Dream City pukul 08.30.Kamu datang ya?”,kali ini aku seakan berdiri di Patung Liberty.Seakan aku tidak percaya akan diundang makan malam ke café paling mewah dan sangat tekena di kota ini.
“Aku percaya sama kamu,hem…Aku pasti datangs ini jawabku pasti.
“Oke dech! Aku akan sampein kabar ini ke ayah.Dah dulu ya,aku mau pulang sekalian mau ke rumah sakit”.Azkia tersenyum kearahku dan berjalan ke parkiran mobil.Aku tersenyum sendiri melihat Azkia.
Sekarang hubunganku dengan Azkia semakin akrab.Meskipun Aku Cuma seorang loper Koran,dia tidak pernah memandangku rendah.Ada rasa bergetar di dadaku setiap kali berjumpa dengannya meskipun aku tidak pernah mau memperlihatkannya apa lagi mengungkapkannya.Dan aku melihat dia sebagai sosok gadis yang sangat sempurna.
***
Sekarang tinggal memakai baju.Kupilih kemeja biar kelihatan lebih formal,apa lagi dengan celana jeans biarpun kelihatan agak tua.kusisir rambutku sebagus mungkin dan kusemprotkan parfum sampai merata.hm…wangi sekali.kulihat sekali lagi tampangku di cermin.mungkin Angelina jolie akan menyangkaku Breff pit.
Kututup pintu kamarku degan pelan,kulihat Zainab asyik belajar di ruang tengah.Kuhampiri Zainab dan kupegang bahu kanannya,bukannya menoleh kearahku tapi kulihat Zainab malah meniru ingkah anjing pelacak.
“hm…hm…,wangi sekali,apa ya?”kepalanya celingak celinguk.
“ehm…,”aku mendehem dan tersenyum simple.
“oh…disini rupanya! Mau kemana nich ganteng amat”,ceotehnya sambil memperhatikanku dari ujung kaki hingga ujung rambut.
“abang ada janjian sama teman!
“teman apa teman..? hihi…”
“ah Zainab,jangan godain abang seperti itu dong,abang pergi dulu ya,hati-hati di rumah!”pesanku
“oke bang,hati-hati di jalan”teriak Zainab mengiringi langkahku menyusuri gang kearah jalan raya.Aku tidak pernah takut meninggalkan Zainab sendiri di rumah,meskipun mak sudah tiada,dia biasa mengajak kawan-kawannya untuk belajar di rumah.Zainab pernah mengatakan kalau itu adalah pengobat sedihnya setelah 2 bulan yang lalu ditinggal Mak untuk selamanya.
Akhirnya aku berada di pinggir jalan raya,ku stop angkot menuju ke arah Café Dream City di pusat kota.Kuperhatikan keramaian malam dari balik jendela angkot,kenderaan berseliweran seperti anak ayam,tidak jarang ada kemacetan.Terasa dunia ini sudah di penuhi oleh kendaraan dan pengapnya asap knalpot.
Kurasa aku sudah hampir sampai,ku suruh hentikan angkot sama kernet setelah kubayar ongkos.Angkot pun berheni tepat di depan Café Dream City.Kulihat jam yang melingkar di tanganku sudah menunjukkan pukku 20.33,tak menunggu lama aku memasuki area café yang mengingtkanku akan café-café di Paris,Perancis.Seorang satpam menyilahkanku masuk meskipun dengan tatapan mata yang aneh.Ketika aku sudah berada di dalam ruangan,tampak meja-meja bundar dengan beberapa kursi mengelilingi yang di tempati muda mudi yang tampak sangat romantis.ruangan ini sangat luas dengan pernik-pernik kelap kelip.keadaan kafe ini begitu tenang dengan alunan musik menawan.romantis sekali.kutelusuri satu persatu bagian café untuk mencari seseorang yang telah menungguku.mataku terpaku pada sosok yang duduk di pojok cafe,dan ternyata itu adalah Azkia.tampak Azkia melambai-lambaikan tangannya kearahku.aku bergegas ke arahnya .dia ditemani oleh seorang lelaki paruh baya,yang kurasa aku tidak pernah asing baginya dan dia tidak asing bagikudan lelaki paruh baya itu tersenyum cerah kearahku seakan aku tidak percaya .mataku melotot,langkahku terhenti di pinggir meja tanpa bisa berbuat apa-apa.
“Silahkan duduk Amri! Saya betul-betul-betul berterima kasih sama kamu karena kamu telah datang”,lelaki itu menyuruhku duduk.
“Iya…”Aku hanya bisa menjawab itu dan kupandang ke arah Azkia yang tersenyum geli.Az…,ini ayah kamu?”aku bertanya seakan tidak .”Iya!”Azkia menjawab singkat dan menoleh kearah laki-laki itu.
“Amri,saya memang tidak pernah mengenalkan kamu sama putrid saya satu-satunya ini.dia pindahan dari Jakarta”,tarang laki-laki itu.
“Azkia adalah putrid pak Azhar ?”
“iyalah…emangnya putrid siapa lagi?”jawab Azkia tersenyum.”emang dunia ini begitu sempit ya pak?”ujarku sambil tersenyum kearah keduanya.pelayan membawakan makanan yang hamper penuh meja.
“Pesan minuman apa pak?’tanya pelayan.
“mm…,teh dingin aja”,jawabku.pelayan itupun berlalu.”Bapak undang kamu kesini untuk membicarakan tentang kamu
“Tentang saya?”Aku mengerutkan dahi.”iya,di rumah sakit tempat Azkia bekerja.ada lowongan pekerjaan.kebutulan Direktur rumah sakit itu adalah kerabat dekat saya.kamu bisa berkerja disana bareng Azkia.Saya rasa kamu adalah orang yang cocok.Hitung-hitung keperluan kuliah kamu dan hidup kamu,dan kamu gak perlu lagi menjadi loper Koran”,pak Azhar bertutur panjang lebar.seakan dunia ini adalah harapanku seorang.
“iya Amri,perkerjaan ini tidak akan mengganggu kuliah kamu.aku yakin kamu pasti bisa!”Azkia mendukungku.
Allah maha adil,Allah tidak pernah membiarkan hambanya menderita,impianku seakan membentang ,Allahu Akbar…! Alhamdulillah,syukurku pada Allah swt.karena telah dipertemukan dengan orang-orang yang sangat mulia.
Aku yakin suatu saat nanti aku akan menjadi orang yang kuimpikan dan mengungkapkan semuanya ke Azkia tentang perasaanku padanya.sekarang,biarkan muhasabah cintaku berjalan semestinya.
BY
Ullia
BY
Ullia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar